Akhir Tahun: Lesson Learned

Satu tahun ajaran lewat lagi. Tahun yang berat. Tahun yang diawali dengan perpisahan, diakhiri dengan perpisahan juga.

Saya teringat pada awal tahun ajaran ini ketika secara tiba-tiba, saya musti kehilangan teman-teman baik. Pak Ustadz dan Pak IPA. Dua-dua bukan hanya rekan, tapi teman. Bukan orang yang berada di samping saya pada masa kesedihan dan air mata, tapi teman saat gembira. Teman hang out dimana kita bertiga, hampir tiap sore, menghabiskan waktu dengan gelak tawa, cerita, dan bicara. Ditemani dengan bergelas cangkir kopi, catur, dan gitar. Lucu karena hampir di setiap literature, saya menemukan kutipan betapa kawan gembira itu mudah dicari, tapi kawan pada saat kesedihan susah dicari. Nampaknya, pada kasus saya justru kebalikannya. Saya begitu mudah mendapatkan teman yang berada di saamping saya saat sedih, tapi sulit untuk menemukan teman yang dapat gembira bersama saya.

Kemudian, sahabat saya, Kirsan.

Seperti pada awalnya, tahun ini pun diakhiri dengan perpisahan. Beberapa teman baik saya memberikan keputusan final untuk pergi, beberapa tetap tinggal minimal untuk satu tahun ajaran lagi. Baik yang pergi, maupun yang menetap, punya alas an masing-masing yang tidak dapat diintervensi oleh siapapun.

Beberapa yang pergi, saya sangat kehilangan. Ada yang saya kira memang terbaik bagi mereka, dan mungkin bagi kita yang masih disini juga. Satu orang benar-benar bikin saya ikutan ruwet jungkir balik keputusannya.

Jadi akhir tahun ini pun menyesakkan dada.

Tahun ajaran ini adalah tahun yang buruk, namun juga menyenangkan. Jika mengingat kenangan bersama angkatan ke-2, kelas saya sepanjang tahun ini. Mengenai warna dan warni, sudah saya rekam walaupun banyak distraksi dari emosi pribadi dan masalah-masalah diluar kelas. Saya harap, tidak banyak lagi di tahun yang akan datang.

Bagaimanapun, tempat mana lagi saat kita menerima pelajaran seperti di sekolah. Dengan riang, gelak, marah-marah ataupun lelehan air mata, pelajaran tetap kita kunyah dengan sebaik-baiknya. Bagi saya pun, begitu banyak pelajaran yang saya ambil, pada jungkir balik tahun ini. Tentang mengenali orang lain, menggenggam tangan yang sesungguhnya, wajah, kepercayaan, dan pahitnya penghianatan. Bahkan pada hari terakhir pun, pelajaran masih diberikannya, dengan detuman sakit dan leleh air mata. Tapi itu semua layak. Salah satu yang terpenting saya dapatkan adalah, bahwa saya lebih mengerti tentang diri saya sendiri, dan langkah yang saya pilih untuk selanjutnya. Tentu artinya, menutup habis cabang yang takkan pernah saya lalui lagi.

Lesson learned.

Sampai jumpa di tahun ajaran 2010/2011

3 pemikiran pada “Akhir Tahun: Lesson Learned

  1. Ping balik: Lesson Learned II: Hidup dan Mati | Teacher's Notebook

Tinggalkan komentar