Ramadhan 1432 III: Menghormati yang Tidak Puasa , Menghormati yang Puasa.

Pada hari pertama masuk sekolah saat Ramadhan, beberapa saat selepas shalat Dzuhur berjama’ah, beberapa anak kelas 4 menghampiri saya yang saat itu sedang wara-wiri dengan beberapa pekerjaan di bawah. Ngadu! Kali ini tentang beberapa anak kelas 4 yang katanya pada minum dan batal puasa.

‘Itu, loh, Bu.. Si Fira minum tadi…’

‘Iya, tuh…’

‘Blablabla… Yadadada…’

Pada saat ini memang kelas 4 adalah kelas terbawah yang berada di sekolah. Adik-adik kelas 1 sampai dengan kelas 3 sudah dipulangkan beberapa saat sebelum dzuhur. Ini jadwal sekolah selama Ramadhan saja  tentunya. Sementara kakak-kakak kelas 4 sampai degan kelas 6 baru akan pulang nanti pada jam 2 siang.

Menghadapi pengaduan-pengaduan bermanja kayak gitu tentu saja saya hanya memasang tampang kalem yang tentunya bikin saya tambah cantik, hihi….

Meminta mereka segera masuk ke dalam kelas. Sebelum tentunya saya mengingatkan mereka untuk tidak suudzon dulu.

Ingat, loh, jangan berprasangka buruk dulu. Ibu terima pengaduan semuanya. Tapi sebaiknya kita tidak langsung nuduh teman curang dulu. Mungkin saja yang minum itu memang sedang tidak enak badan.

‘Tapi… tapi…’

Tetap ibu tanya mengenai kejadian ini, okey?

‘Iya, deh, Bu…’

‘Asal jangan curang aja, Buuu…’

Dasar, hehehe…

Beberapa menit kemudian, salah satu anak yang diadukan kebetulan melintas. Maka saya pun bertanya kepadanya mengenai kejadian yang diadukan.

‘Saya gak buka puasa, Bu. Saya juga gak minum, kok.’

Ini kalo ada dua pengaduan yang saling ngeles berarti ada yang bohong, nih.

‘Iya, sih, Bu. Saya dan beberapa orang ada di ruang makan tadi. Sempet berdiri di depan dispenser air minum juga. Tapi gak ngapa-ngapain. Cuma ngeliatin aja.’

Ngeliatin apa?

‘Air minum.’

Lah, buat apa?

‘Haus, Bu. Tapi kita kan lagi puas. Jadi gak boleh minum. Trus kita Cuma ngeliatin air minum aja.’

*gabruk!

Lah? Terus, hausnya ilang?

‘Enggak..’

Jadi ngapain pada ngeliatin air minum gitu?

‘Kangen, Bu, sama aer.’

*gabruk lagi

Beberapa saat kemudian beberapa anak kelas 4 lain mengerubung.

‘Ibuuuuu…. Aku buka puasa, yaaaah… Aku haus, Buuuu…’

‘Aku juga hauuus…’

Laaaaah…..

Salah satu anak menangis tersedu-sedu.

‘Aku kan puasanya baru setengah hari, Buuuu…. Kemarin aku puasanya cuma sampe dzuhur aja, kooook…’

Saya diam saja menunggu segala keluh kesah ini selesai.

Ibu Tanya sekarang apakah diantara kalian ada yang sedang sakit?

Semua menggeleng.

Nak, selama kalian belum baligh, puasa itu memang belum wajib buat kalian. Kan cuma belajar puasa aja. Tapi masalahnya, untuk kelas 2 SD ke atas kan tidak diperkenankan buka puasa di sekolah. Kalian bisa buka puasa di rumah nanti, tapi jangan di sekolah, yaa…

Kalian pasti bisa bertahan. Dua jam lagi. Ibu yakin kalian anak-anak yang hebat.

‘Tapi aku hauuus…’

Sama doooong kita. Ayo tos!

Semuanya cemberut.

Ih, itu kan emang ceritanya orang puasa. Haus. Lapar. Ngantuk. Bete. Kita bisa bertahan, okey…

‘Iya, deeeeh…’

Ih, apalagi di Jepang sana. Puasanya lebih lamaaaa daripada kita. Soalnya lagi musim panas, loh, di sana. Udah gitu orang islamnya juga kan gak banyak. Dimana-mana mereka musti lihat orang yang makan dan minum. Di Negara lain lebih berat, Nak, daripada di Indonesia.

…..

Kalau kalian begini aja gak tahan. Widiiih, gak bisa kemana-mana dong kalian. Kata Allah, ih, ini anak dikasih cobaan dikit udah merengek-rengek. Yaudah, deh, gak jadi dikasih kesempatan jalan-jalan ke negeri lainnya.

‘Tidaaaaaak!!’

‘Aku kuat, Allah.. Aku kuat!’ Teriak Farhan tiba-tiba.

Kyahahha…

Mereka masuk kelas. Dan pelajaran selanjutnya di kelas 4 adalah IPS. Maka saya pun mengambil waktu pelajaran untuk kembali mengingatkan mengenai hormat menghormat selama puasa. Bahwa ada orang-orang dalam kndisi tertentu yang memang diperbolehkan untuk tidak puasa sepanjang Ramadhan. Dan kita semua harus menghormati mereka sebagaimana yang tidak puasa itu pun mencoba menghormati kita.

Perempuan yang sedang haid tidak boleh puasa.

Orang-orang yang sedang sakit, mengandung, dan menyusui, boleh tidak puasa. Orang-orang yang sudah tua dan tidak lagi mampu untuk melakukan puasa. Orang yang sedang dalam perjalanan jauuuuh, juga orang-orang yang sedang dalam keadaan tertekan atau dipaksa untuk tidak berpuasa di bawah ancaman kematian atau penyiksaan dirinya maupun orang lain di sekitarnya jika dia tidak membuka puasanya. Juga orang-orang yang dalam keadaan darurat secara medis, yang mengharuskan mereka meminum atau memakan sesuatu, baik makanan, minuman, maupun obat dan jika itu tidak dilakukan dengan segera dikhawatirkan dapat membahayakan jiwanya, memperparah kondisi sakitnya, atau terjadi kehilangan anggota tubuhnya.

Mereka-mereka ini akan diajibkan mengganti jumlah hari puasa yang mereka tinggalkan dengan qada atau fidyah.

Jadi kalau diantara anak-anakku ini kelas 4 yang sedang mengalami kondisi-kondisi diatas diperbolehkan, loh, untuk membuka puasa. Ada gak?

Semuanya menggeleng.

‘Aku cuma haus aja.’

‘Aku juga. Tapi kayaknya aku bisa bertahan, kok.’

‘Aku haus juga.’

‘Iya, sih.. Tapi kayaknya semua orang islam dari Sabang sampe Papua juga lagi haus, ya, Bu?’

‘Orang Islam di seluruh dunia yang lagi siang sekarang haus!’

Hehehe, kayaknya sih gitu. Jika sedang puasa tentu saja.

Tapi untuk anak yang belum baligh, memang yang namanya puasa itu belum wajib. Masih dalam rangka belajar. Aturan sekolah ini memang untuk anak kelas 2 SD sampai seterusnya tingkat yang diatasnya, tidak ada yang diperbolehkan untuk berbuka puasa di sekolah tanpa izin. Maksudnya, kalau kalian memang perlu untuk buka puasa di tengah jam sekolah, itu boleh, tapi ada ketentuannya. Pertama harus sepengetahuan guru dan dilakukan di ruang tersendiri. Dalam hal ini di UKS sekolah.

Silahkan jika ada yang memang tidak puasa atau harus buka di tengah hari, izin kepada guru pada pagi harinya. Tapi tidak boleh, ya, makan dan minumnya di dalam kelas atau di lapangan.

‘Biar gak ada yang ngiler, ya, Bu?’

Biar gak timbul fitnah. Gak timbul prasangka dari kawan. Menghindari kemungkinan anak-anak yang nantinya malah ngedumel sewot. Gak enak, kan?

….

Ini artinya, yang sedang tidak puasa, sebaiknya menghormati orang yang puasa. Jangan justru malah sombong-sombong sengaja makan di depan orang yang puasa. Tapi itu juga berlaku sebaliknya. Orang yang puasa juga musti tetap menghormati orang yang tidak puasa.

Kalian tahu, kan, kalau Allah memberi keringanan untuk orang-orang yang sedang lemah kondisinya untuk tidak berpuasa. Jadi kita jangan suudzon sama orang hanya karena kita lihat dia gak puasa. Walaupun dia kelihatannya segar bugar. Kita gan gak tahu. Mungkin dia memang sakit, magh yang parah dengan luka yang dalam misalnya. Atau jangan-jangan dia sakit gula dan dokter menyarankan dia untuk tidak puasa. Orang yang haid dan sedang menyusui juga kan gak kelihatan kayak sakit. Janga marah duluan. Allah aja memberi keringanan buat mereka jadi kenapa kita musti sewot?

‘Iya, yaaa….’

Anggap aja itu tantangan buat kita. Berprasangka baik sama orang lain. Mendoakan saja agar dia bisa lebih baik besok hingga bisa ikut puasa sama-sama kita. Okeh?

‘Okey!!!’ semuanya semangat mengamini.

Dan satu lagi, kalau kita gak sengaja liat orang yang sedang makan atau minum. Nih, misalnya, nih, ya, ada anak yang gak sengaja masuk ke ruang UKS eh pas banget lagi ada yang makan atau minum di sana, maka sebaiknya kita gak usah ribut kemana-mana tentang itu.Temen kita mungkin gak akan nyaman atau bahkan malu, loh, kalau hal itu musti diumumkan ke seluruh sekolah. Kalau masalahnya sakit sih okeh-okeh aja. Tapi kalau orang itu adalah kakak kelas yang sedang haid, dia bisa malu kalau-kalau di ledekin nantinya.

Okey?

‘Iyaaaaa….’

Sepakat?

‘Sepakaaaat…’

Nah, baru beberapa saat selepas jam berakhir, sudah ada insiden lagi. Salah satu guru yang sedang tidak boleh puasa, dan lagi asik makan di ruang guru perempuan, tiba-tibalah kepergok oleh anak-anak kelas 4 ini yang mendadak masuk ke dalam ruangan ramai-ramai dengan cara membuka pintu dan masuk sambil mengucap salam.

Gurunya kaget karena dia pas lagi menyuap makanan.

Gurunya bengong.

Anak-anak kelas 4 tidak berkomentar apa-apa. Mereka hanya masuk dan melakukan apa yang ingin mereka lakukan (bertanya kepada salah satu guru) lalu keluar lagi.

Sama sekali gak membahas mengenai guru yang sedang makan itu.

Dan begitu selanjutnya sampai saat ini. Anak yang sedang harus tidak puasa melaporkan diri pagi-pagi, menyimpan makanannya di ruang UKS, untuk kemudian bisa makan, minum, dan minum obat dengan tenang tanpa gangguan, cibiran, atau keluhan anak lain. Sementara anak yang lain gak lagi ribut dan merasa iri dengan mereka.

Saling menghormati. Orang yang sedang tidak puasa menghormati yang sedang puasa. Orang yang sedang puasa menghormati orang yang sedang tidak puasa.

Betapa indahnya!

Dan akan lebih indah juga jika orang-orang dewasa bisa seperti mereka dan bukannya sewot ngedumel liat orang yang sedang tidak puasa.

 

7 pemikiran pada “Ramadhan 1432 III: Menghormati yang Tidak Puasa , Menghormati yang Puasa.

  1. Indahnya kebersamaan kalau seperti itu ya.
    Ada temen kantor saya yang berkomentar ketika membaca keharusan tempat2 makan memakai tirai di siang hari dan sweeping oleh pihak2 tertentu, komentarnya “wah, ini berarti melecehkan keimanan kita. masak puasa akan kita batalin karena ngiler liat warung makan pinggir jalan…”
    hehehehehe….

    • Bener-bener…. Untuk sekarang, sebagian yang puasa masih cemen lebih dari anak-anak, sebagian yang lain, dan nampaknya justru yang banyak, sebenernya merasa resah dengan prilaku menutup warung makan apalagi sampai main kekerasan. Mungkin yang kita bisa adalah mengajarkan anak-anak kita untuk gak ikut-ikutan cemen, ya, Bu 🙂

Tinggalkan Balasan ke Enggar Batalkan balasan