Untuk Presiden

Mendadak teringat dengan surat yang dikirimkan oleh Abdurrahman Faiz, salah satu penyair cilik fave saya, untuk presiden RI.  Ini saya kutipkan surat untuk Presiden Megawati Soekarnoputri, dari Faiz yang saat itu masih duduk di kelas 2 SD.

Kepada Yang Terhormat

Presiden Republik Indonesia

Megawati

Di Istana

Assalaamualaikum.

Ibu Mega, apa kabar? Aku harap ibu baik-baik seperti aku saat ini. Ibu, di kelas badanku paling tinggi.  Cita-citaku juga tinggi. Aku mau jadi presiden.

Tapi baik.

Presiden yang pintar, bisa buat komputer sendiri.Yang tegas sekali. Bisa bicara 10 bahasa. Presiden yang dicintai orang-orang.

Kalau meninggal masuk surga.

Ibu sayang,

Bunda pernah cerita tentang Umar sahabat Nabi Muhammad. Dia itu pemimpin. Umar suka jalan-jalan ke tempat yang banyak orang miskinnya. Tapi orang-orang tidak tahu kalau itu Umar. Soalnya Umar menyamar. Umar juga tidak bawa pengawal. Umar jadi tahu kalau ada orang yang kesusahan di negerinya Dia bisa cepat menolong.

Kalau jadi presiden aku juga mau seperti Umar.

Tapi masih lama sekali. Harus sudah tua dan kalau dipilih orang.

Jadi aku mengirim surat ini Mau mengajak ibu menyamar. Malam-malam kita bisa pergi ke tempat yang banyak orang miskinnya. Pakai baju robek dan jelek. Muka dibuat kotor. Kita dengar kesusahan rakyat. Terus kita tolong.

Tapi ibu jangan bawa pengawal. Jangan bilang-bilang. Kita tidak usah pergi jauh-jauh. Di dekat rumahku juga banyak anak jalanan. Mereka mengamen mengemis. Tidak ada bapak ibunya. Terus banyak orang jahat minta duit dari anak-anak kecil.

Kasihan.

Ibu Presiden,

kalau mau, ibu balas surat aku ya. Jangan ketahuan pengawal nanti ibu tidak boleh pergi. Aku yang jaga supaya ibu tidak diganggu orang. Ibu jangan takut. Presiden kan punya baju tidak mempan peluru. Ada kan seperti di filem? Pakai saja. Ibu juga bisa kurus kalau jalan kaki terus. Tapi tidak apa.

Sehat.

Jadi ibu bisa kenal orang-orang miskin di negara Indonesia. bisa tahu sendiri tidak usah tunggu laporan karena sering ada korupsi.

Sudah dulu ya. Ibu jangan marah ya. Kalau tidak senang aku jangan dipenjara ya.

Terimakasih.

Dari Abdurahman Faiz

Kelas II SDN 02 Cipayung Jakarta Timur

Dan ini adalah surat Abdurrahman Faiz kepada presiden SBY. Menurut saya, surat yang selanjutnya ini mengharukan. Sampai menetes air mata saya ketika pertama kali membacanya, hiks..

Kepada Yang Terhormat

Bapak SBY

di tempat

Assalaamu’alaikum.

Apa kabar, Pak? Aku berharap Bapak baik-baik saja seperti aku saat ini.

Bapak, namaku Faiz. Sekarang aku duduk di kelas III SD. Aku suka sekali membaca dan menulis. Alhamdulillah aku sudah menerbitkan dua buku. Tahun lalu aku mengirim surat pada Ibu Presiden. Kata orang suratku lucu. Ibu Mega

sempat juga membalasnya.

Bapak sayang,

selamat ya sudah dipilih rakyat sebagai Presiden Indonesia yang baru. Selain bersyukur, aku tahu Bapak pasti deg-degan. Soalnya menjadi Presiden itu kan susah. PR-nya banyak sekali, lebih banyak dari PR seluruh murid sekolah di dunia ini.

Aku tahu juga sedikit tentang PR itu, Pak. Misalnya PR bagaimana membuat rakyat tersenyum. Kan susah ya Pak.

Kalau semua harga mahal, untuk makan, berobat dan sekolah saja susah, bagaimana rakyat mau tersenyum? Apalagi cari pekerjaan pun sukar sekali. Kudengar di luar negeri banyak tenaga kerja kita yang disiksa.Terus juga PR untuk membuat negeri kita lebih aman. Agar jangan banyak orang jahat berkeliaran, apalagi bawa bom segala. Kami takut sekali.

Kalau bisa nanti negeri kita tidak mendapat rangking I lagi untuk korupsi. Sedih kalau ingat itu. Padahal teman teman kecilku banyak yang harus berjuang di jalanan. Padahal negeri kita kaya. Makanya aku harap Bapak bisa peka dan tegas. Mimpiku sih ingin punya presiden yang dekat sekali dengan rakyat. Tidak malu makan di warung, sering jalan ke tempat kumuh, ngobrol dengan orang kecil seperti aku dan sering tersenyum.

Bapak yang ganteng dan pintar,

Betapa berat menjadi presiden yang tumbuh dari duka lara rakyat. Apalagi rakyatnya selalu berharap terus seperti aku. Ya seperti yang Bapak bilang, Bapak tak bisa berjuang sendirian, tapi bersama kita bisa! Aku yakin itu!

Aku juga ingat kata Bunda, kalau kita menjadi orang baik dan punya hati yang bersih, kita akan dicintai tidak hanyadi bumi tapi juga di langit. Makanya aku berdoa semoga nanti tak ada lagi airmata duka. Hanya ada pelangi di matakita.

Seperti lagu yang sering Bapak nyanyikan itu loh.

Selamat berjuang, Presiden baruku. Aku akan selalu mendoakan Bapak. Tapi kalau Bapak salah, biarpun Bapak Presiden, Doktor dan Jendral berbadan tegap, aku boleh menegur ya?

Dan Bapak jangan marah ya, sebab itu aku lakukan karena cinta.

Jakarta, 21 September 2004

Salam hormat

Abdurahman Faiz

Kelas III SDN 02 Cipayung, Jakarta Timur

14 pemikiran pada “Untuk Presiden

  1. Tante apa kabar?
    Surat-surat Faiz memang mengharukan ya, hebat sekali, masih kecil tapi dah pikirkan nasib rakyat..
    Kayaknya siapapun yang jadi presiden, tak akan ada yang bisa rubah keadaan..

    • Baik.. 🙂
      Iya, dia sejak kecil nampaknya sudah peka sekali.
      Siapapun yang jadi presiden takkan merubah keadaan? Waduh, jangan pesimis begitu dong Desya. sedikit demi sedikit mudah-mudahan terus maju. Kan, tidak ada yang bisa merubah keadaan dalam sekejap.

    • Iya.. 🙂
      Anak yang luarbiasa.
      Yang paling membuat saya terkesan adalah, dia menulis dengan sedrhana tapi dalam. Mengkritik tanpa marah-marah. Bersedih tanpa meratap-ratap. Mengajak kita untuk perduli tanpa mengutuk dan menyalahkan.
      Sungguh, kita harus belajar banyak darinya.

  2. sekarang faiz udah remaja, kata-katanya mungkin tidak lagi lugu namun tajam. hm… inginnya sih faiz nulis surat lagi kali ini.

    al, kenapa nggak link blognya faiz? aku pernah baca, tapi sekarang lupa URL-nya, kehapus pas restore komputer. cariin dong, al. kamu kan suka iseng ngoprek-oprek yang nggak perlu gitu…

Tinggalkan komentar