Semua Orang

Sudah sepanjang bulan ini terjadinya. Salah satu anak perempuan di kelas lima diasingkan oleh rekan-rekannya yang lain sesama cewek kelas lima. Rasanya pasti gak enak banget. Tapi itulah salah satu kejadian-kejadian yang biasa pada dunia kelas.

Nah, ini ceritanya Sang Walikelas Lima yang sekarang adalah Pak Ustadz udah angkat tangan. Puyeng berat dia ngadepin kelakuannya anak-anak cewek yang sungguh kadang ribetnya gak ketulungan apalagi kalau soal pergaulan kayak gini. Dan biasanya, sih, kalau walikelas udah angkat tangan dan minta pertolongan, maka orang yang pertama kena jatah musti nolongin adalah walikelas mereka yang sebelumnya atau walikelas tertentu itu yang sebelumnya. Maksudnya walikelas lima yang sebelumnya. Ini tentu dengan alasan bahwa dua orang itu yang lebih tahu mengenai anak-anak dan tingkat usia tersebut.

Maka sekali lagi, deh, Pak Kelas Empat sang idola anak-anak yang kena jatah juga….saya.

Beberapa kali diajak ngobrol dengan Pak Walikelas Empat sampai akhirnya dia garuk-garuk kepala juga.

‘Mungkin karena anak-anak cewek, kali, ya..’ katanya. ‘Saya, mah, rada kagak paham jalan pikiran mereka. Sebenernya, teh, mereka melakukan itu apa alasannya? Nte terang abdi, mah. Kayaknya kalo udah kelas lima itu udah remajaaaa banget. Jadi udah cewek banget, lah, masalahnya.’

Saya juga beberapa kali ngajak mereka ngobrol baik satu-satu maupun rame-rame. Dan juga garuk-garuk kepala, lah, rasanya menerima aduan yang panjang lebuar dari masing-masing anak.

‘Lagian si Uni, itu, ya, Bu. Pernah ngatain saya. Waktu kelas dua.’

Hah? Waktu kelas dua???

‘Si Uni itu pelit, Bu. Saya waktu itu bawa nasi goring dia minta saya kasih. Eh pas dia bawa mi goreng saya minta gak dikasih.’

Oh, kapan itu?

‘Waktu kelas empat!’

*tepokjidat

Doh, sebenernya masalahnya apaan seh??

‘Dia pernah mukul aku, Bu. Pernah ngatain aku.’

‘Pokoknya, kita semua udah kompak MUSUHAN! TITIK!’

‘Iya, biar sampe kiamat juga tetep musuhan!’

Tau gak kalau muslim itu gak boleh marahan lebih dari tiga hari, loh! Allah dan Rasulnya gak suka. Emang kalian mau melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh Allah dan Rasulnya?

‘Biar aja, Bu.’

POKOKNYA

Nah, ini setelah berhari-hari masih ngeruwet masalah satu anak yang dimusuhin rame-rame, kata sakti POKOKNYA mulai keluar. Ini kata biasanya hanya keluar saat saya atau rekan-rekan udah mulai rada kehabisan ide untuk mau nasihatin atau berbuat yang bagaimana lagi.

Hari ini (kemarin, red) saya akhirnya punya titik terang dari kasus dimusuhin salah satu anak kelas lima itu. Ternyata ini masalah C-O-W-O-K. Nah, dari hasil tanya-tanya pura-pura main rahasia-rahasiaan sama beberapa anak cewek di kelas lima dan kelas enam, saya mulai menarik kesimpulan seperti ini: Anak yang dijauhin sama anak lain itu ternyata kedapatan sering berbalas komentar status di FB dengan seorang anak laki kelas lima. Masalahnya adalah, nampaknya ada salah satu anak cewek kelas lima yang gak suka dengan hal itu. Dia juga suka sama anak cowok itu soalnya. Maka itu anak mulailah mempengaruhi anak yang lain untuk musuhin dia.

‘Tapi jangan bilang siapa-siapa, ya, Bu. Apalagi kalo sampe kedengeran sama Pak Ustadz. Wah, bisa gawat. Soalnya kata Pak Ustadz, kalau sampe ada anak kelas lima yang pacar-pacaran sama suka-sukaan dengan lawan jenis, nanti bisa dihukum berat. Bisa dijemur seharian, Bu.’

‘Iya. Itukan haram…’

Ouw, jadi ituuu.. Pantes aja Pak Ustadz sampe keliyengan gak bisa menarik ujung pangkal dari peristiwa ini. Lah, kalo anak-anak udah ketakutan dan tahu bahwa awal kisahnya bisa bikin mereka kena hukuman tingkat tinggi, mana mau ceritaaaa…

Tapi tentu saja Pak Ustadz bagaimanapun memang melakukan apa yang dia harus lakukan. Dia kan Ketua Bidang Agama. Semua aturan yang keluar dari dia musti mewakili, kan. Masa, sih, Pak Ustadznya seru curhat-curhatan sama anak-anak cewek tentang cowok?

Tapi saya juga gak akan membicarakan mengenai suka-sukaan atau cemburu-cemburuan. Saya membicarakan mengenai bullying.

Kami mengadakan pertemuan kelas pada jam pelajaran saya.

Duduk melingkar, diskusi mengenai hal-hal yang bisa dikatakan sebagai bullying di kelas maupun sekolah. Kami juga saling mengemukakan keberatan mengenai perilaku salah seorang dari kita yang bagi anak lain dianggap mengganggu.

Salah satu hal yang saya tekankan berkali-kali juga adalah mengenai mengucilkan seorang kawan. Saya tidak menyebut nama tapi kami semua yakin bahwa kita semua tahu kalau saya sedang membicarakan masalahnya anak-anak perempuan.

Panjang lebar diskusinya yang diakhiri dengan ancaman!

Lowh?

Awalnya saat kami membicarakan hukuman untuk pelaku bullying di sekolah dan masing-masing dari kami sadar bahwa itu adalah hal yang cukup pelik juga. Bagaimana sih bentuk hukuman atau ketegasan dari pihak sekolah untuk kejadian-kejadian yang lagi up to date di kelas mengenai ada anak yang gak ditemani ini. Memang agak susah juga itu.

Toh sejauh ini kan pihak guru hanya bisa menasihati atau memfasilitasi seperti yang sesungguhnya sedang saya lakukan saat itu. Namun anak-anak bisa-bisa aja tetap melakukan itu. Dan selama tidak ada yang tersakiti secara fisik, agak susah juga kita ‘mengadilinya’

Maka tau-taulah keluar semacam ancaman.

Ada yang inget gak sama cerita di film Sang Pemimpi waktu Ikal dan Arai ngerjain guru ngajinya? Pas mereka ngucapin ‘amin’ main-main itu?

Anak-anak bilang ingeeeet.

Ada yang pernah baca buku selanjutnya, gak? Judulnya Endensor. Lanjutan Sang Pemimpi.

Beberapa anak menunjuk tangan.

Nah, di buku itu ka nada cerita Ikal dan Arai dibales Allah mengenai kejadian ‘amin’ itu. Waktu mereka gak sengaja ngucapin ‘amin’ yang aneh juga pas mereka sedang shalat bersama di Eropa.

‘Oh, iya, iyaaa…. Ikal sama Arai sampai malu banget, Bu.’

Inget gak apa yang ditulis Andrea Hirata saat itu?

‘Tuhan tahu tapi menunggu..’

Iya, seperti itu.

Kadang, balasan apa yang kita lakukan itu gak dilakukan di akherat sana, tapi di dunia juga. Ikal dan Arai dibalas perbuatannya bertahu-tahun sesudah mereka melakukan kenakalan tersebut. Kita gak tahu, mungkin saat itu guru ngajinya sakit hati banget dan berdoa agar anak-anak yang main-main itu dihukum. Tapi Allah bukannya tidak mendengar doa guru ngaji, Allah menunggu. Apakah Arai dan Ikal akan mengakui kesalahannya? Apakah mereka minta maaf? Itu salah satu kebesara Allah yang sabar menunggu sampai bertahun-tahun kemudian sebelum menimpakan hukuman untuk kesalahan itu. Jangan kita berpikir bahwa Allah akan membalas perbuatan kita melalui tangan yang sama. Kejahatan kita mungkin akan Allah balas melalui tangan orang lain, pada waktu yang lain.

Jadi kalau disini ada yang suka menghasut atau senang saat temannya sengsara, ya, siap-siap aja nanti. Mungkin balasannya bukan di SD juga. Tapi mungkin di SMP, di SMA, atau bahkan pas udah kerja udah jadi bapak-bapak atau ibu-ibu. Kita bisa aja akan mengalami hal yang sama seperti yang dialami teman itu. Kita mungkin akan dijauhin sama teman-teman sekantor, dibenci, dimusuhin. Dan pada saat itu, silahkan nikmati bagaimana rasanya. Tepat seperti apa yang dulu pernah teman kita rasakan akibat ulah kita.

…………

Jadi kalau disini ada yang tukang nendang, tukang malakin temen dan merasa aman karena gak ada yang berani ngaduin. Jangan merasa kalau kalian sudah bebas. Masih ada berpuluh-puluh tahun lagi sepanjang hidup kalian untuk nanti mungkin kalian akan merasakannya juga. Gantian.

…..

Anak-anak diem aja, sih.

Dan beberapa saat kemudian, salah satu anak perempuan kelas lima menghampiri. Berbisik:

‘Kita gak musuhan lagi, Bu. Mulai sekarang, mau berbuat baik aja sama semua orang.’

Yah walaupun untuk saat ini hanya karena takut nanti dibales sama Tuhan, Saya harap keputusan itu akan menetap untuk sepanjang hidup kalian, Nak. Berbuat baik sama semua orang.

2 pemikiran pada “Semua Orang

  1. ah! coba ada guru macem ibu di sekolahan saya dulu. saya dulu juga dimusuhin anak2 populer pas kelas 6, gara2 saya ga suka cewe2 centil tukang ngeceng. dulu di kelas kami ada 2 geng: cewe populer anggota 3 orang, dan cewe tertindas anggota 7 orang (iya kelasnya aneh, cewe cuma 10 tapi cowo 20 orang). di antara cewe tertindas cuma saya yang ngelawan tu cewe2 populer, ahaha. temen2 saya mah beraninya ngata2in di belakang doang :p

    tapi toh setelah lulus, semuanya bersikap seolah2 ga pernah musuhan 🙂

Tinggalkan komentar